Tuesday, July 27, 2010

Fatwa Mufti Al Azhar Tentang Khuruj 3 Hari, 40 Hari atau 4 Bulan

Fatwa Mufti Al Azhar Tentang Khuruj 3 Hari, 40 Hari atau 4 Bulan
Posted on 14 Mei 2010 by dalamdakwah
http://new.republika.co.id/node/100887
Fatwa Al-Azhar
Hukum Bepergian untuk Berdakwah (Khuruj) ala Jamaah Tablig
Rabu, 13 Januari 2010, 13:10 WIB
Pertanyaan
Apa hukum khuruj atau bepergian untuk berdakwah yang dilakukan oleh kelompok Jamaah Tablig? Apakah perbuatan itu termasuk bid’ah?
JawabanMufti Agung Prof. Dr. Ali Jum’ah Muhammad
Khuruj yang dilakukan oleh Jamaah Tablig adalah perbuatan yang boleh dilakukan bagi orang yang mampu untuk berdakwah dengan sikap lembut, penuh hikmah, dan mampu memberi nasihat dengan baik serta bersikap ramah dan sopan kepada orang-orang. Selain itu, orang tersebut juga harus mengetahui dengan baik apa yang dia sampaikan kepada orang-orang, tidak menelantarkan keluarganya dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya.
Adapun penetapan masa khuruj selama 4 hari, 40 hari dan lain sebagainya, hanyalah merupakan masalah teknis murni yang tidak ada hubungannya dengan masalah bid’ah. Ini selama pelakunya tidak meyakini bahwa penetapan jumlah hari itu adalah sesuatu yang disyariatkan.
Wallahu subhânahu wa ta’âlâ a’lam

Mengapa Pusat dakwah Di India, Bukan Di Arab?

Mengapa Pusat dakwah Di India, Bukan Di Arab?
Posted on 5 November 2009 by dalamdakwah
Ini merupakan pertanyaan yang disampaikan, dan kami mencoba berbagi pandangan dengan sdr. sekalian.
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Mari kita ungkap lebih dalam perihal pertanyaan ini, dan kita jangan termasuk seperti bani Israil yang menanyakan kenapa Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi akhir zaman itu terlahir dari Arab tidak dari bani Israil. Pertanyaan ini terlontar sangat wajar karena banyak Nabi lahir di kalangan bani israil, dan memang dari turunan Nabi Ishak As ini sangat banyak Nabi. Sedangkan dari Nabi Ismail As hanya satu Nabi saja, yaitu Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi akhir zaman.
Ummat Islam ini bukan hanya berada di arab, tetapi sudah sangat tersebar ke berbagai negara. Semua sejarah mencatat dengan baik perihal da’wah Abi Waqash RA sampai ke negera Cina. Atau kisah-kisah lainnya. Kita bisa bayangkan dengan pikiran yang normal, tanpa ada pesawat atau kendaran yang sangat hebat saat itu, tetapi kaum muslimin telah menembus negara-negara untuk menyampaikan agama Islam yang mulia ini. Jika kita perhatikan daratan yang ditempuh, gunung yang tinggi dan suhu yang dingin, tetapi mereka terus bergerak ke negara-negara jauh. Kira-kira SEMANGAT APA yang menjadikan mereka berani meninggal tanah air dengan waktu yang sangat panjang itu. Hal ini bisa terjadi karena PIKIR yang menghujam ke dalam diri mereka seperti mana PIKIR NABI untuk menyebarkan Islam ke seluruh daerah dan tempat. Apa PIKIR NABI itu? Allah swt dengan jelas dan lugas menjelaskan pikir dan kerisauan beliau itu dalam ayat Al-quran sendiri.
Perhatikan dengan ayat At-Taubah terakhir 128-129:
“sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung”. (At-Taubah: 128-129).
Para Shahabat RA dan juga para Ulama dulu sangat memahami perihal risau ini, mereka ini menyelami kisah Nabi bagaimana ke thaif, mereka ini menyelami kisah Nabi ketika mengajak kaumnya sendiri di mekkah, mereka ini menyelami bagaimana hijrah Nabi ke Madinah, bagaimana keluarganya sendiri ada yang menghina dan mau merencanakan membunuhnya. PADAHAL apa yang diinginkan Nabi kita, Nabi Muhammad SAW, yang mulia ini. Sebuah keselamatan dan keimananan bagi ummat manusia. Nabi kita bukan mau harta yang dapat diwariskan kepada anak-anaknya. Jadi para Shahabat dan juga para Ulama berani untuk berpergian yang jauh untuk menyebarkan Islam ini dengan harta dan jiwa mereka sendiri. Silahkan pelajari kisah-kisah penyebaran Islam ke Indonesia, dan terutama dengan kehadirannya orang-orang Arab di Indonesia. Kalangan Arab ini sangat berperan dalam penyebaran Islam, dan menurut sejarah banyak dari kalangan Hadramaut yang ke Indonesia.
Kemajuan kaum muslimin di jaman Rasulullah SAW dan para Shahabat RA yang signifikan yaitu setelah ditetapkannya tempat berhimpun dan menjalankan aktifitas ijtimaiyyah kaum muslimin, Masjid. Masjid ini yang menjadi titik central Utama di jaman itu. Bahkan banyak penjelasan tolok-ukur kaum muslimin dapat dilihat dari kedatangannya ke masjid. Dan banyak ayat dan juga hadist yang menjelaskan keutamaan terhadap masjid ini. Jika Allah swt dan juga Nabi kita menekankan perkara masjid, maka tentunya masjid ini mempunyai peran sangat penting bagi kehidupan kaum muslimin dari masa ke masa. Kita dapat mempelajari perihal keutamaan masjid dalam kitab yang ditulis para Ulama.
Sehingga siapapun di dunia ini yang dapat menjalankan aktifitas-aktifitas masjid itu dengan baik seperti mana yang terjadi di jaman Rasulullah SAW dan para Shahabat RA. Dan terutama dengan aktifitas da’wah Islam, karena da’wah Islam ini mempunyai dampak perubahan dari ketidaktaatan menjadi ketaatan itu sendiri. Kita kaum muslimin sangat dianjurkan untuk menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat yang mungkar. Dari jelas da’wah itu merupakan aktifitas untuk melakukan perubahan dari yang tidak diridhoi menjadi yang diridhoi Allah swt. Sehingga jika da’wah ini dijalankan di masjid, maka dengan sendirinya pesan dan kesan masjid itu akan masuk ke dalam rumah-rumah kaum muslimin. Dan da’wah ini tidak mungkin dijalankan kecuali dengan ijtimaiyyah jika dilakukan di masjid kita.
Ada satu ayat yang sebenarnya cukup penting dipelajari dengan baik, bagi kaum muslimin yang menjalankan aktifitas da’wah ini, yaitu Ali-Imran:104. Dalam ayat ini terdapat kata “waltakum minkum ..”, terdapat dua penjelasan terhadap ayat ini oleh kalangan Ulama yaitu “Membentuk sebagian dari kaum muslimin ….” Dan “Membentuk Ummat Islam sebagai Ummat Da’wah ..”. Tetapi keduanya pada prinsipnya adalah sama untuk mendorong aktifitas da’wah itu sendiri. Yang namanya “membentuk ..” tentunya mencetak atau menjadikan seseorang untuk terjun dalam da’wah. Jika dilakukan di masjid, maka secara kemestian perlu dilakukan tertibnya atau metodanya dengan baik. Dalam hal ini kita sendiri dapat menyusun metodanya sesuai dengan kemampuan kita masing-masing, tetapi bukan berarti kita harus berpegang terus dengan prosedur kita jika ada yang membawa metoda yang lebih mudah dan menyeluruh.
Masjid Nabawi di Arab belum menjadikan sebagai pusat da’wah, tetapi masih dijadikan sebagai pusat pengajaran dan pendidikan (ta’lim) Islam. Karena tentunya para Ulama sendiri sangat memahami apa pengaruh (efek) dari da’wah itu sendiri. Da’wah itu akan memberikan perubahan ke setiap lingkungan masyarakat, dan tentunya akan memberikan dampak orang-orang untuk berdatangan ke masjid itu sendiri dengan sukarela. Kaum muslimin sekarang juga datang ke masjid Nabawi, itupun sebenarnya karena pengaruh da’wah (ajakan) meskipun caranya mungkin dari kata-kata ringan. Sehingga banyak juga kaum muslimin akhirnya untuk belajar di masjid Nabawi. Tetapi jika menjadikan pusat da’wah, maka akhirnya akan disebarkan ke berbagai negeri untuk menyebarkan Islam. Dan nantinya secara automatis akan banyak orang datang ke masjid Nabawi ini, dan seterusnya kembali menyebarkan Islam. Dan akhirnya menggerakan semua aktifitas lainnya, seperti ta’lim, ibadah dan juga khidmat atau muamalat.
Waktunya akan datang, para Ulama di arab sendiri terutama yang mendukung usaha da’wah dan tabligh seperti Syeikh Abu Bakar Al-Jazairi juga sangat paham ini, tetapi perlu mempertimbangkan dengan hikmah dan dalam. Oleh karena itu beliau sendiri hanya menjelaskan ketika ditanya perihal usaha da’wah di masjid itu, bahwa usaha da’wah ini merupakan mutiara di akhir jaman. Jadi pengaruh da’wah dan ta’im sangat berbeda hasilnya. Waktunya akan datang dengan sendirinya, ketika sudah siap semuanya. Jika tidak, maka akan sangat mudah dihancurkan da’wah ini oleh musuh-musuh Islam itu sendiri. Kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa perihal perahu merupakan pelajaran terpenting bagi kalangan ahli da’wah, agar semuanya berjalan dengan sederhana dan senyap, tetapi semuanya berjalan dengan jelas dan pasti. Pelajaran
Dan Maulana Ilyas Rah memulai dari masjid yang sangat sederhana di daerah Nizamuddin, dan sekarang tersebar ke seluruh dunia bahkan tembus negara-negara Eropa, Amerika dsb. Bahkan beberapa tahun yang silam kaum muslimin Inggris sangat berkeinginan membangun masjid markaz ini menjadi masjid yang indah dan besar, dan hal ini disampaikan kepada maulana Inamul Hasan Rah, tidak dapat diiijinkan oleh beliau. Dan bahkan beliau mendorong untuk membangun masjid besar dan megah di Inggris sendiri, dan hari ini menjadi perbincangan di Inggris akan menjadi masjid terbesar di Eropa yang dibangun kalangan da’wah dan tabligh. Dorongan Maulana Inamul Hasan Rah itu sekitar 15 tahun yang lalu.
Kita boleh berkeinginan dan merencanakan. Tetapi juga kita harus menyaqini bahwa Allah swt sendiri mempunyai rencana. Maulana Ilyas Rah hanya sebagai asbab saja untuk kaum muslimin, tetapi sebenarnya semua tertib itu telah tertulis dengan baik oleh para ulama dulu. Dan beliau ini hanya perangkai dari sumber-sumber itu yang saling berkaitan untuk menjadi sebuah model metoda da’wah dan tabligh, dan sekarang ijtihad itu telah banyak memberikan kesan dan pesan ke seluruh dunia, termasuk di kalangan arab sendiri termasuk para Ulama. Dan jika banyak mempelajari siapa Maulana Ilyas dan keluarganya. Kita akan mengetahui bahwa mereka juga merupakan turunan dari kalangan para Shahabat RA.
Thanks,

Ijtima’ Tonggi 2010 Dihadiri Lebih dari 3 Juta Orang

Ijtima’ Tonggi 2010 Dihadiri Lebih dari 3 Juta Orang
Posted on 25 Januari 2010 by dalamdakwah
Sekitar 3 juta umat Islam pada hari Ahad kemarin (24/1) mengakhiri “muktamar umat Islam dunia” di tepi sungai Turag kota Tongi, 20 km sebelah utara ibukota Dakha Bangladesh dan acara mukatamar ini merupakan pertemuan umat Islam terbesar kedua di dunia setelah ibadah Haji.
Acara muktamar yang diselenggarakan oleh Jamaah Tabligh ini, memfokuskan pada ceramah-ceramah agama (atau diistilahkan dengan “bayan” oleh Jamaah Tabligh) yang mengajak umat Islam untuk menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari mereka, melaksanakan sholat, bermuhasabah dan mendiskusikan isu-isu yang menitik beratkan pada dimensi spiritual Islam serta mencari jalan keluarnya dengan cara berdakwah menyebarkan nilai-nilai Islam dan mengkampanyekan perdamaian dunia tanpa membicarakan hal-hal yang berbau politik.
Muktamar umat Islam dunia atau lebih dikenal dikalangan Jamaah tabligh dengan istilah “Ijtima’ Dunia” dalam bahasa Bangladesh disebut “Bishwa Ijtima”, merupakan acara tahunan rutin dari rangkaian program kegiatan dakwah Jamaah Tabligh.
Bishwa Ijtima dilaporkan pertama kali diadakan pada tahun 1966 atas prakarsa seorang ulama India yang juga merupakan konseptor Jamaah Tabligh – Syaikh Maulana Ilyas. Awalnya Syaikh Maulana Ilyas memulai kegiatan Bishwa Ijtima dengan sekelompok kecil masyarakat Muslim yang peduli dengan umat Islam dan berkumpul di sebuah masjid di Tongi dan atas usaha dakwahnya, saat ini Bishwa Ijtima bisa dihadiri oleh jutaan umat Islam yang datang dari seluruh dunia dan dalam beberapa tahun terakhir Ijtima tersebut menjadi pertemuan umat Islam dunia terbesar kedua setelah ibadah Haji.
Selama empat puluh tahun lebih, Tongi telah menjadi lokasi tempat berlangsungnya acara Ijtima, meskipun acara sejenis diselenggarakan juga pada skala yang lebih kecil di negara-negara lain.
Acara pertemuan Jamaah Tabligh seluruh dunia ini dimulai pada hari Kamis lalu (22/1) selama 3 hari berturut-turut dan berakhir pada hari Ahad kemarin (24/1), beberapa tokoh penting tampak hadir dalam acara ini termasuk Perdana Mentri Bangladesh Sheikh Hasina dan salah seorang pemimpin oposisi Bangladesh, Khalida Zia.
Program Ijtima berakhir ditandai dengan acara “Akheri Munajat” atau doa terakhir yang dipimpin oleh seorang Ulama Jamaah Tabligh. Untuk Ijtima kali ini, sempat terjadi insiden dengan wafatnya 3 orang peserta pada pagi hari pada hari terakhir acara.(fq/iol)
DIarsipkan di bawah: Perkembangan Dakwah

Kesan Tabligh Di Amerika

Sekelumit Sentuhan Jamaah Tabligh di Amerika Serikat
Posted on 15 Januari 2009 by dalamdakwah
Cerita ini mirip ketika di Belanda dulu saya berjumpa dengan jamaah Pakistan campuran Maroko yang sedang khuruj di kota Groningen.
Di sela-sela kuliah, biasanya saya menyempatkan diri untuk sholat jamaah di masjid dekat kampus. Setahu saya ada beberapa masjid di Kota Groningen dan 3 diantaranya sempat saya kunjungi. Satu masjid dekat kampus saya, kami menyebutnya masjid Maroko karena menurut teman saya masjid itu dulunya perpustakaan yang dibeli oleh orang-orang Maroko kemudian disulap menjadi masjid. Ukurannya tidak terlalu besar kira-kira kapasitas 200-an orang. Di Belanda ada peraturan, suatu bangunan sekalipun boleh difungsikan sebagai masjid, namun bentuk dan arsitektur bangunan tidak boleh diubah, hanya interior dalamnya yang boleh disesuaikan dengan kebutuhan. Alhasil, masjid itu lebih mirip rumah Belanda kuno dan tidak ada tanda-tanda masjid pada umumnya seperti kubah, menara ataupun ruang imam yang biasanya menonjol keluar.
Bagi saya dan pada umumnya mahasiswa muslim yang kuliah di Groningen University maupun Hanzehogeschool, masjid Maroko ini merupakan tempat sholat yang paling dekat dengan kampus maupun dengan flat tempat tinggal mahasiswa. Disamping itu, jalan menuju ke kampus melewati masjid tersebut sehingga memudahkan aksesnya.
Satu lagi keuntungan masjid tersebut bagi saya adalah toko makanan halal yang ada didalamnya. Sekalipun ukuran tokonya hanya sekitar 3×4 m2 namun isinya cukup lengkap untuk kebutuhan sehari-hari. Ragu2 rasanya kalau harus beli daging potong maupun ayam potong di toko maupun pasar umum, sehingga toko di masjid tersebut menjadi langganan saya untuk santapan sehari-hari.
Masjid kedua di kota Groningen yang pernah saya kunjungi adalah Masjid Turki. Kami menyebutnya begitu karena masjid ini dibeli oleh orang-orang Turki dan mereka pula yang sehari-hari mengurusnya. Letaknya kira-kira 2 km dari masjid Maroko. Agak jauh dari areal kampus maupun flat mahasiswa.
Masjid Turki ini cukup besar, ukurannya kira-kira 4 kali masjid Maroko, dengan kapasitas sekitar 800-1000 orang. Uniknya, masjid Turki ini awalnya adalah Gereja Tua yang sudah tidak dipakai dan dibeli oleh orang Turki kemudian diubah menjadi masjid. Di Belanda memang ada aturan, bangunan tempat ibadah boleh dijual tapi tidak boleh berubah fungsi menjadi rumah ataupun pertokoan maupun kantor. Fungsinya harus tetap sebagai tempat ibadah atau tempat sosial. Maka banyak gereja-gereja di Belanda yang dibeli oleh masyarakat muslim kemudian disulap menjadi masjid.
Hanya saja, seperti Masjid Maroko di atas, bentuk luar masjid ini pun masih bentuk luar gereja. Benar-benar eksterior gereja. Yang berubah adalah lambang salib yang ditiadakan dan diganti bulan sabit. Sedangkan menara dan jam penanda waktu yang menjadi ciri khas gereja-gereja eropa masih tetap seperti sediakala.
Ada yang khas pada masjid Turki ini. Di dalam masjid ada meja biliard, juga disiapkan papan-papan catur dan rak-rak koran. Orang-orang turki yang akan sholat, terutama sholat isya atau maghrib, sambil menunggu waktu sholat tiba, mereka kadang2 main billiard atau catur. Ah… memang masih terbawa nuasa sekulerisasi di negeri mereka. Namun itu lebih baik daripada mereka tidak sholat… iya kan.
Di masjid Turki saya belum pernah melihat aktivitas jamaah tabligh. Tapi di masjid Maroka saya pernah melihat jamaah Malaysia sedang khuruj dan i’tikaf di situ, tapi waktu itu aku pas lagi sangat sibuk dg tugas-tugas kuliah sehingga tdk terlalu perhatian. Sekalipun waktu di Jakarta saya pernah aktif khuruj dari tahun 1994 – 2000, namun ketika kuliah di Belanda tahun 2002-2003 tsb saya sudah cukup lama meninggalkan aktivitas khuruj shg hati saya belum tersentuh untuk bergerak lagi. Yang pasti, Alloh masih belum membuka hidayah untuk saya kala itu.
Saya sungguh mengerti, perasaan seperti ini mungkin juga dirasakan oleh saudara-saudara muslim yang lain ketika datang rombongan tabligh yang umumnya berjumlah 7-10 orang ke masjidnya. Pertama yang dirasakan masyarakat adalah perasaan aneh. Aneh saja, ada orang mau jauh-jauh datang ke tempat kita hanya untuk tidur di masjid, kadang masak-masak di masjid dan kelililng ke rumah-rumah warga untuk ngajak orang ke masjid. Padahal kadang-kadang yang diajak ke masjid itu adalah orang yang setiap hari sudah ke masjid, atau sudah jadi pengurus DKM. Bahkan mungkin penyumbang terbesar di masjid itu. Aneh juga orang-orang ini berceramah atau baca buku fadhilah amal setiap selesai sholat.
Perasaan kedua, adalah rasa risih, kok ada orang-orang asing, dengan pakaian-pakaian asing dan penampilan berjenggot seperti pakaiannya Diponegoro atau imam Bonjol. Pakaian Jadul bener… Sebagian ada yang berpenampilan rapi tapi kebanyakan penampilan ala kadarnya, mungkin bajunya sudah lama tidak diseterika. Tapi rata-rata mereka memakai minyak wangi, bersiwak dan kadang-kadang pakai celak mata. Apa mereka teroris ya, apa ngak ya… Kalo teroris kok nekat banget tidur di masjid dan pake pakaian yang jadul gitu… apa ngak cepet diendus aparat atau intel.
Perasaan ketiga, cuek…, biarin saja asalkan mereka tidak menganggu masyarakat. Itung-itung bisa mendengarkan ceramah gratis, daripada ngundang ustadz dari jauh kan harus bayar. Orang-orang ini datang kan ngak dibayar dan masak sendiri. Ya… udah biarin aja, siapa tahu dia bisa mengajak orang-orang di jalan-jalan yang ngak pernah ke masjid itu biar pada ke masjid.Tapi kalo ngajak saya yah entar dulu… paling saya bilang IngsyaAlloh… Apalagi ngajak-ngajak keluar 3 hari bagaimana ngatur waktunya kegiatanku kan bejubel… hiii…hiii aneh-aneh aja nich orang.
Perasaan keempat, unik…, ini unik dan menarik juga… mungkin enak juga kali ya, tidur di masjid… bareng orang-orang ini, kayaknya mereka orang baik-baik kok. Mereka ramah-ramah dan ngak menutup diri. Kalau ditanya satu pertanyaan saja mereka langsung menyambut antusias. Sungguh orang-orang ini sangat bersahabat. Mereka nampaknya bukan orang jahat. Hanya saja ini orang asing… jangan-jangan nanti ada maksud apa… apa. Bagaimana ya… Udahlah ngapain ngambil resiko terjadi apa… apa, lagian orang di kampung ku juga ngak ada yang ngikut gitu2.
Selama di Belanda saya tidak terpikir untuk khuruj bersama rombongan jamaah tabligh. Disamping saya tidak yakin ada aktivitas khuruj di negeri eropa, saya juga ingin lebih konsentrasi menyelesaikan kuliah secepatnya. Maklum, waktu itu aku meninggalkan istri yang masih hamil anak pertama kami. Ah berat amat rasanya, baru menikah 2 bulan sudah harus berpisah gara-gara ngambil program master. Tapi mertua saya waktu itu sangat mendukung saya, juga istri saya dan semua keluarga besar juga mendukung, sehingga kelahiran ank pertama juga saya tidak menungguinya. Ah… untuk dapat dunia, pengorbanannya demikian besar.
Kadang2 saya berpikir, kalau misalnya saya tinggalkan istri “hamil anak pertama” itu untuk khuruj/dakwah, dan bukan untuk kuliah S2, boleh ngak mertua saya ya… mau ngak ya istri saya he… he… Lucu juga ya… kalo untuk urusan dunia pasti boleh tapi untuk urusan dakwah dan agama “beraaaaaat banget”. Memang setannya banyak… dan setan juga punya banyak dalil he…he…
Namun saya tidak mengerti, ketika suatu hari salah seorang jamaah Pakistan mendekati saya dan mengajak saya keluar 3 hari, saya menyetujuinya. Jadilah, saya ikut keluar (khuruj) beberapa hari bersama mereka, kami mengunjungi rumah-rumah orang muslim satu per satu. Jamaah tersebut sudah memegang alamat nama-nama muslim di kota tsb shg ketika tidak berjumpa di rumah satu maka akan bergerak ke rumah lainnya.Demikian seterusnya sampai hari itu habis.
Kadang kami ketemu dengan tuan rumah, maka kami berbincang-bincang dengannya tentang sholatnya bagaimana, kerjanya bagaimana, suasana agama di kantor bagaimana dll. Seringkali ngak ketemu dan kami balik lagi di lain hari.
Indah sekali…. yang lebih berkesan bagi saya, ketika kami mengunjungi assylum seeker, tempat “penahanan” sementara imigran gelap yg umumnya dari afrika. Kami berbincang-bincang dengan mereka ttg latar belakang kehidupan mereka di sana, tentang keluarganya…. dan terutama amalan-amalan ibadahnya seperti sholat… dll.
Bagi yang belum memahaminya, maka usaha dakwah ini sepertinya buang-buang waktu. Namun bagi yang telah ikut 3 hari misalnya, maka usaha agama ini adalah tujuan dari diturunkannya para nabi dan rosul, juga tujuan dari kehidupan kita. Hakekatnya usaha dakwah ini adalah untuk memeperbaiki diri sendiri dengan cara mengajak orang lain membicarakan iman dan amal sholeh.
Wassalam,Abu Izza Adduri
Pengalaman Seorang Mahasiswa di Amerika Serikat
Maha besar Allah yang telah menciptakan manusia berbangsa bangsa, bersuku suku, dan bermacam macam bahasa dan agama atau keyakinan kepada Tuhan.Setiap benda yang diciptakan oleh Allah dan kita lihat adalah cantik dan indah, lihatlah bermacam warna warni bunga2, lihatlah pula bermacam warna dan warni ikan di laut, lihat pula lah bermacam wajah dan warna kulit manusia, dan terakhir kita lihat pula bermacam macam keyakinan dan bermacam cara pengabdian kepada Tuhan. Subhanallah, Maha suci Allah yang menciptakannya.
Lain lubuk lain ikannya, lain kepala lain pendapatnya. Jemaah Tablig adalah sebuah jemaah Islam yang berpusat atau lahir di India yang mayoribeg penduduknya adalah beragama Hindu. Pemimpin Rohani jemaah Tabligh adalah Maulana Muhammad Ilyas lahir tahun 1885 dan meninggal tahun 1944 di kota Khanda, India .
Waktu saya tinggal di USA, salah seorang jemaah Tabligh mendekati saya, seorang pemuda yang fasih berbahasa English, dengan ramah tamah, senyumnya yang menawan, ia ingin berkenalan dengan saya dan saya diundang kerumahnya.Ia menerangkan tentang pentingnya umat islam melakukan dakwah secara sungguh sungguh dan terpadu. Sebab kalau tidak demikian katanya, umat islam makin hari makin lemah keimanannya, karena mereka sibuk dengan segala aktivibeg sehari hari, baik sibuk bekerja, sibuk belajar, mereka lupa akan Tuhan, lupa bershalat berjemaah di Mesjid dll.
Dan bahkan mereka bisa lupa bershalat sebagai tiang agama dan akhlaq Islam. Inilah kami dari Jemaah yang sangat concern sekali terhadap pentingnya berdakwah mengajak teman2 kita untuk kembali kejalan yang di ridhoi Allah swt.
Sedangkan Rasulullah dan sahabat2 beliau mati matian, dan bahkan Nabi sendiri tidak jarang dilempari oleh batu2 sampai tubuh Nabi berlimang darah karena luka2. Tapi beliau tidak menyerah, beliau tidak marah dan membalas, beliau tetap tegar menyampaikan wahyu wahyu Allah dengan sopan santun, lemah lembut dan berkelanjutan.
Dan sampai sekarang berkat perjuang karena Allah semata mata, umat Islam sudah mendunia dengan jumlah umatnya lebih dari satu milyar orang. Kita bisa hidup beriman dan beragama Islam berkat perjuangan beliau yang mati matian.
Kemudian ia meneruskan penjelasannya tentang dakwah Tabligh yang dilakukannya. Mengikuti jejak Rasulullah dan para sahabat berdakwah maka jemaah Tabligh 3 hari dalam sebulan, mulai hari Jumat sore sampai hari minggu berikutnya, menyediakan waktu, berkorban tenaga, meninggalkan keluarga pergi berdakwah ke kota kota lainnya. Ia dan kawan kawan pergi mengunjungi kota kota lain dan tinggal disana, apakah di mesdjid atau di sebuah rumah jemaah. Ia mengajak saya untuk ikut untuk bertabligh.
Alhamdulillah, pada suatu hari, saya mengikutinya pergi ke sebuah kota Tulsa , berjarak 3 jam naik mobil. Kami (4 orang jema?ah)tinggal disebuah rumah jemaah Pakistan yang sudah lama tinggal di Amerika.Selama tiga hari kami pergi mengunjungi teman teman seiman, orang orang Islam yang tinggal disekitar kota Tulsa . Kami di guide oleh seorang Jemaah yang tinggal di Tulsa . Kami bersama sama mengunjungi rumah rumah atau apartemen2 atau sekolah sekolah dimana orang orang islam kemungkinan bisa bertemu, tanpa memberitahu lebih dahulu.
Seperti seorang salesman menjualkan dagangannya dari pintu ke pintu rumah,door to door marketing?Suatu trategi yang baik dan sukses, walaupun berat melakukannya bagi orang yang kurang kuat kecintaannya kepada Rasulullah saw, tapi bagi mereka-mereka yang sudah biasa dan karena kecintaan kepada Tuhan dan agama Islam, bagi mereka saya lihat adalah suatu yang lezat, suatu perjuangan, kalau ada orang yang dapat ikut, itulah suatu kebahagian yang besar.
Tapi kalau tidak berhasil pada hari itu, juga suatu hal biasa dan diterima dengan hati yang besar pula , mungkin pada suatu hari ada orang yang terbuka hatinya untuk ikut bersama. Sesuatu yang dikerjakan dengan kasih sayang dan cinta, semua akan indah dan ringan melakukannya.
Kadang kadang kami bisa berberjumpa dengan penghuni rumah dan berbicara tentang kebesaran agama islam serta mengajak mereka untuk shalat berjemaah di mesjid, dan terkadang pula kami tidak bisa diterima, karena penghuni rumah ada kesibukan yang lain atau ada tamu dan sebagainya.
Tapi bagi kami semua tidak menjadi masalah, lain kali kami datang lagi. Semua sudah ditentukan oleh Allah swt.Alhamdulillah, kesan kesan saya selama mengikuti bertabligh dengan jemaah Tabligh ini sangat menarik hati saya.
Semua kami mengerjakan tabligh ini hanya karena Allah semata mata, valonteer, suka rela untuk bekerja mengajak teman2 untuk bersama sama berjemaah di mesdjid, tanpa ada maksud tertentu, tanpa ada orang yang membiayai perjalanan dll, hanya untuk kebaikan saja, agar teman teman yang se islam, seiman jangan lupa akan Allah, jangan lupa shalatnya, jangan hilang keimanannya sewaktu tingal di negeri non muslim.Subhanallah, bukan main cantik dan indahnya mereka- mereka ini berdakwah untuk kepentingan orang lain agar orang jangan berdosa, agar orang lain jangan mendapat azab di akhirat nanti, subhanallah. Suci dan indah sekali niatnya.
Kesan- kesan yang menarik dan indah saya alami sendiri adalah hidup sederhana, tinggal di mesjid atau di rumah jemaah, tidur dilantai, terkadang kita memasak sendiri. Kalau makan bersama sama dari piring yang besar, terasa akrab.Dalam makan bersama ini yang menarik perhatian saya adalah betapa bersihnya piring tempat kita makan, karena tidak satu biji nasipun yang tertinggal, begitu pula kuah2nya habis dimakan dengan nimatnya. Maha Suci Allah dengan nikmat dan karunianya yang banyak.Kemudian shalat bersama sama dan membaca Hadits.Kita dapat merasakan betapa beratnya mengajak orang kepada kebaikan secara lahiriah karena meningalkan keluarga, makan sederhana mungkin. Tapi ada sesuatu hadiah yang diberikan oleh Allah dalam menjalan tabligh seperti ini antara lain; dapat bersilahturahmi dengan kawan2 seiman dan bertambahnya teman2 baru.Kedua pikiran menjadi fresh dari pekerjaan rutin yang biasa dikerjakan dirumah. Dapat merasakan betapa beratnya Rasulullah saw bedakwah karena Allah semata mata untuk mengajak manusia ke jalan Allah.Terakhir menambah keimanan kita, kesayangan kita kepada Rasulullah saw dan para sahabat2nya.
Maha Suci Allah, hebatnya, cantik dan indahnya perjuangan teman-teman dari jemaah tabligh semoga Allah menambahkan rahmat dan karunianya kepada mereka dalam mengembangkan, menjaga, dan mejayakan umat Islam di tengah masarakat dunia yang terbuka.Demikianlah, kesan kesan indah kami, semoga ada manfaatnya, sekiranya ada kesalahan2 kami mohon dimaafkan karena kelemahan kami dalam memahami sesuatu, yang benar adalah milik Allah semata. Terimakasih.Wasalamu?alaikum wr wbAbdul Latif
http://www.mail-archive.com/hidayahnet@yahoogroups.com/msg01724.html

Sentuhan jemaah Tabligh

Disuruh Ucap God Bless Amerika, Malah Ucap Allohu Akbar, Mau Dipistol, Pistolnya Jatuh, Orangnya Masuk Islam
Posted on 6 Januari 2010 by dalamdakwah
Allohu akbar. Ini mirip cerita Rosululloh dulu… Kalau dakwah nubuwah ditegakkan maka akan muncul peristiwa-peristiwa khas seperti ini.
Wssalam,Abu Izza Adduri
MASIH di Poi Pet City.. di kedai makan Islam pagi itu, kira-kira 20 orang kumpulan dari Jamaah Tablig dari Kampong Cham singgah makan. Mereka mengajak saya ziarah atau tidur di masjid di situ. Saya menziarahi mereka lepas sholat isyak. Akhirnya mereka ajak saya makan bersama-sama sambil berbual-bual kongsi pengalaman.
Makan dengan tangan beberapa orang dalam satu dulang itu adalah biasa. Ada anak-anak muda yang hendak tidur mulai memasang kelambu dalam masjid, mungkin kerana banyak nyamuk. Walaupun begitu masih ada yang berzikir dan wirid. Namun di luar, hujan masih turun renyai-renyai dan mulai membanjiri halaman masjid. Begitu, suatu tarbiah dan latihan pengorbanan dalam menyebarkan Islam, terutama di kawasan kampung-kampung yang dilanda kemiskinan.
Teringat cerita kawan saya semasa beliau belajar di Amerika Syarikat (AS) dan mengikuti gerakan Jamaah Tabligh di sana selepas berlaku peristiwa serangan September 11, 2001, yang di tuduh oleh Presiden Bush waktu itu adalah dari kumpulan Islam. Dalam suasana pengapian dan kepanasan balas dendam itu, gerakan Jamaah Tabligh terus digerakkan menggempur penerangannya di kalangan masyarakat Amerika. Katanya…
“Suatu hari saya membawa tiga orang pemimpin Jamaah Tabligh menemui seorang lelaki Negro gangster yang memeluk Islam. Lelaki itu berada di tengah-tengah kumpulannya yang duduk di suatu meja. Dengan wajah bengis, ganas dan badan yang dipenuhi tato, apabila si tabligh ini menerangkan tujuannya, tiba-tiba seorang dari mereka bukan lelaki Islam itu mengeluarkan pistol membenamkan ke perut si tabligh itu, sambil berkata, “Kamu kata, God bless America!”
“Kamu yang kata Allahu Akbar!” Jawab spontan si tabligh itu dengan tegas dan keras. Tiada takut langsung.
Si Negro itu mengulangi lagi, tetapi dijawab oleh si tabligh itu dengan kata yang sama tetapi lebih tegas dan keras lagi, sehingga beberapa kali. Tetapi rupanya kata-kata Negro itu makin perlahan dan terasa tangannya yang memegang pistol itu mula geletar. Makin longgar dan akhirnya pistol itu terlepas dari tangan lalu jatuh.
Kata si tabligh, “Sebenarnya kami ke sini untuk membawa perdamaian. Menerangkan ke Esaan Allah. Yang disampaikan melalui penyampainya Muhammad, membawa risalah melalui bukunya Al-Quran supaya percaya kepada ketentuan dan hidup sesudah hidup!”
Cetusan kata-kata yang membangkitkan semangat berfikir kepada kumpulan gangster di meja itu, akhirnya menyebabkan mereka memilih Islam.”
Jelas kawan saya pelajar di AS itu lagi yang kini sudah berada di Malaysia dan sekali sekala berceramah di tv Malaysia. Katanya lagi…
“Rupanya baru saya tahu si tabligh itu adalah seorang yang berpengalaman tinggi. Beliau adalah rakyat Amerika yang memeluk Islam, berpengalaman bertabligh kepada 3 kelompok rakyat Amerika…
i.Kepada ‘golongan hippies’ remaja terlanjur suatu ketika dulu,
ii..Kepada golongan kulit hitan yang tersasar sesat, mereka menganggap kaum kulit hitam lebih mulia dari manusia lain di dunia,
iii..Dan kepada sasaran biasa, mendampingi orang-orang seperti Malcom X, Muhammad Ali bekas juara tinju dunia dan lain-lain.
Si tabligh itu juga turut pergi bertabligh hingga ke Pakistan. Kini menetap dan berdakwah di AS. Saya pernah bertanya beliau, berapa ramai yang berjaya diIslamkan melalui beliau sepanjang lebih 30 tahun beliau bertabligh? Katanya, “…Yang saya rekod hingga ke angka 2,000 orang, lepas itu dah tak ingat lagi!” Jelas kawan saya itu lagi.
Kawan saya itu ada menyebut nama beliau, tetapi saya masih belum meminta izin dari pimpinan Jamaah Tabligh itu, untuk paparkan di sini. Tetapi yang penting ialah usaha dakwah dari sebuah pertubuhan Islam yang bergerak di peringkat antarabangsa, terutamanya dalam negara bukan Islam. Tarbiah, didikan dan pengalaman adalah seperti yang dijalani di depan mata saya ini.
Ibnu Hasyim Catatan Perjalanan(e-mail: ibnuhasyim@gmail.com)