Wednesday, January 2, 2013



Nukilan karguzari Maulana Ahmad Harun Al Rosyid di dalam buku 'Meluruskan Kesalahpahaman Terhadap Jaulah (Jamaah Tabligh). Juga diselitkan beberapa karguzari di Eropah.






Tidak banyak info berkenaan suku Hottentot ini di internet. Di wikipedia, suku Hottentot ini merujuk kepada Khoikhoi. Dikaitkan juga dengan suku Bushmen di selatan Afrika.


Karguzari,


Menjelang di cetaknya buku ini, satu jamaah dari Saudi datang ke Temboro (markaz dakwah tabligh di Jawa Timur). Salah satu anggota jamaah, Ahmad Abdur Rahman dari ‘Aziziyyah Makkah, menceritakan pengalamannya tujuh tahun yang lalu kepada penulis, keluar 40 hari ke Afrika Tengah.

Satu jamaah berjumlah enam orang dari Makkah bergerak di Afrika Tengah selama satu bulan. Untuk beberapa hari jamaah mengadakan program di kawasan sekitar hutan rimba Bagandu yang membentang di Kamerun, Ethiopia, Kongo, dan Afrika Tengah. Di hutan itu berdiam satu komonitas orang-orang suku Hottentot. Paling tinggi tubuh mereka kurang lebih hanya satu meter. Mereka yang tinggal di wilayah Afrika tengah mencapai 100.00 jiwa. Semua masih hidup primitif. Tidak mengenal agama, tidak berpakaian, tidak ada rumah permanen (kekal), dan cara berdagangnya masih dengan sistem barter (bertukar barang).

Di tempat masjid yang di tempati jamaah, terdapat pasar yang setiap pagi selalu di datangi oleh Hottentot untuk melakukan barter. Malam hari jamaah berdoa habis-habisan memohon hidayah untuk mereka. Paginya, aneh, tidak seorang Hottentot pun datang ke pasar. Setelah bermusyawarah dengan penduduk setempat, seorang yang biasa menjadi pemandu peneliti asing menawarkan diri untuk mengantarkan kami. Setelah di ketahui bahwa dia bukan muslim, salah seorang anggota jamaah berdakwah kepadanya dalam beberapa menit. Akhirnya dia pun masuk islam.

Beberapa orang dari jamaah pergi masuk ke dalam hutan liar di temani pemandu dan penerjemah. Dengan sedikit usaha pemandu, dalam waktu singkat terkumpul 25 orang laki-laki dan perempuan. Seorang dari jamaah menyampaikan kepentingan dan kenikmatan Islam kepada mereka dengan di bantu dua penerjemah sekaligus. Jamaah menyampaikan kepentingan dan kenikmatan Islam dalam bahasa Arab yang di terjemahkan ke dalam bahasa Hottentot.

Setelah beberapa menit jamaah berbicara mereka pun masuk Islam. Beberapa orang di bawa ke masjid untuk di ajari agama. Kemudian dua orang lagi menyusul jamaah ke masjid untuk masuk Islam. Setelah tiga hari di sana jamaah pindah ke masjid lain dengan di ikuti tiga orang dari suku Hottentot. Kami meghubungi seorang 'kyai' (ulama) di sana supaya dakwah dan bimbingan agama kepada mereka di tindak lanjuti.

Selama sebulan tidak bisa di hitung berapa orang masuk Islam. Hanya di dakwahi jamaah beberapa menit saja; polisi, pedagang, orang yang menunggu masjid, bahkan orang yang baru mandi di sungai langsung masuk Islam. Setelah jamaah pulang, bertepatan dengan musim haji pada tahun yang sama, 'kyai' yang di beri tanggungjawab untuk membimbing agama kepada orang-orang Hottentot itu datang ke Makkah. Beliau menginformasikan sekarang sudah hampir dua ribu orang  Hottentot masuk Islam. Alhamdulillah.



Beberapa karguzari lainnya di buku tersebut,


Di Sepanyol, jamaah yang pertama kali di kirim mencari orang keturunan Arab yang sudah banyak murtad. Di jumpai seorang Arab Kristen. Setelah di lacak (diselidiki) ia masih keturunan Sahabat Umar bin Khattab r.a. Jamaah berkata kepadanya, “Harimau selalu beranak harimau. Tidak bisa yang lain. Kamu keturunan Orang Islam, maka harus Islam.” Dia bersama keluarganya pun masuk Islam kembali.

Di Inggris, dengan usaha sederhana ini, Allah swt. mewujudkan kurang lebih tiga puluh pondok pesantren salaf dan puluhan pesantren Al-Quran. Di Perancis, sejak pertama kali dakwah tabligh di mulai (sekitar tahun 50-an) hingga sekarang telah berdiri tiga ribu masjid di sertai gelombang masuknya orang-orang kafir ke dalam agama Islam. Di Pakistan, penuilis menemui seorang pemuda dari Moskow datang ke Pakistan bersama jamaah dengan niat akan menghafalkan Al-Quran.

Pada tahun 2000 Indonesia mengirim dua jamaah ke Amerika. Mesjid-mesjid yang mereka datangi di antaranya adalah bekas gereja kosong yang sudah di tinggalkan para pengikutnya (orang Kristen). Gereja kosong tersebut di beli oleh orang Islam, kemudian di jadikan masjid. Ketika dua jamaah bergerak di sana, hampir setiap hari menyaksikan orang-orang Amerika baik yang berkulit putih maupun kulit hitam masuk Islam.



Dari Ibnu Hatari, Maulana Ibrahim berkata dalam bayan subuhnya pada 15/7/2010 di Masjid Bangawali, Nizamuddin: “Natijah hujan adalah air yang bersih dan pada sudut pandangan, adalah satu makhluk biasa. Tetapi kesan pergerakannya amat luar biasa. Wujudnya hujan, satu perkara akan menjadi hidup (tanah kering kontang menjadi subur dengan tumbuh tumbuhan). Begitu juga pergerakan umat ini, pergerakan hujan natijahnya memberi manfaat. Air hujan membasahi setiap penjuru tempat, tanpa mengira keadaan tempat tersebut. Dengan wujudnya hujan, maka faedahnya dapat memberi manfaat kepada satu kehidupan. Air itu diumpamakan agama dan pergerakan hujan diumpamakan pergerakan umat dengan kerja agama.


Allahu a'lam.

http://karkuzaridakwahiman.blogspot.com/2012/03/jemaah-mekah-dakwah-suku-hottentot-di.html

No comments: